Press Release

Intiland Bukukan Pendapatan Usaha Rp1,8 Triliun di Semester I 2018

Jakarta (14/8) – Pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland; DILD) berhasil mempertahankan hasil pencapaian kinerja keuangan di tengah kondisi pasar properti yang kurang kondusif di sepanjang semester I tahun 2018. Berdasarkan hasil laporan keuangan yang berakhir 30 Juni 2018, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,8 triliun, melonjak sebesar Rp467 miliar atau 34,9 persen dibandingkan perolehan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp1,3 triliun.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono mengungkapkan bahwa lonjakan pendapatan usaha perseroan terutama berasal dari meningkatnya pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan kawasan perumahan dan penjualan lahan non-core. Lonjakan pendapatan di segmen ini, terutama berasal sumber dari pengakuan penjualan unit-unit rumah di kawasan perumahan Graha Natura Surabaya

“Tantangan di industri properti masih cukup berat. Meskipun pemerintah telah menerbitkan sejumlah stimulus pertumbuhan sektoral, namun pasar dan konsumen masih cenderung mengambil sikap wait and see mengantisipasi perkembangan dan dampak pesta demokrasi yang akan dilaksanakan hingga tahun depan. Kami tetap optimis akan ada perbaikan kondisi pasar properti di semester kedua tahun ini, meskipun tingkat pertumbuhannya mungkin tidak terlalu tinggi,” kata Archied lebih lanjut.

Ditinjau berdasarkan segmen pengembangannya, kawasan perumahan menjadi kontributor pendapatan usaha terbesar yang nilainya mencapai Rp1,1 triliun atau 61,3 persen dari keseluruhan. Perolehan ini melonjak diatas 400 persen dibandingkan hasil pencapaian semester I tahun 2017 yang mencapai Rp220 miliar.

Segmen pengembangan mixed use & high rise tercatat menjadi kontributor terbesar berikutnya yang mencapai Rp422,2 miliar atau 23,4 persen dari keseluruhan. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp106,1 miliar atau 33,6 persen dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp316,1 miliar.

Archied menjelaskan bahwa sepanjang enam bulan 2018, segmen pengembangan kawasan industri belum memberikan kontribusi pendapatan usaha dari penjualan lahan industri. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu perseroan berhasil memasarkan lahan industri Ngoro Industrial Park senilai Rp551,1 miliar.

“Ada penjualan marketing lahan industri Ngoro Industrial Park senilai Rp45 miliar, namun belum kami bukukan dalam pendapatan usaha di semester I tahun ini,” ujarnya lebih lanjut.

Segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) tercatat memberikan kontribusi senilai Rp276,1 miliar atau 15,3 persen dari keseluruhan. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp23,8 miliar atau 9,4 persen dibandingkan semester I tahun lalu.

Peningkatan tersebut, menurut Archied, terutama didorong oleh naiknya pendapatan usaha dari perkantoran sewa, dan pengelolaan sarana dan prasarana, termasuk sport club. Pendapatan usaha dari pengelolaan sarana dan prasarana mencapai Rp139,2 miliar, disusul dari pendapatan sewa gedung perkantoran senilai Rp105,8 miliar, serta dari kawasan industri senilai Rp31,1 miliar.

Berdasarkan sumber pendapatan usaha, pendapatan penjualan atau development income memberikan kontribusi sebesar Rp1,53 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 84,7 persen dari keseluruhan. Pendapatan berkelanjutan atau recurring income tercatat memberikan kontribusi Rp276,1 miliar atau 15,3 persen dari keseluruhan.

Sepanjang semester I tahun 2018, kinerja profitabilitas perseroan mengalami sedikit tekanan. Perseroan tercatat membukukan laba kotor sebesar Rp520 miliar dan laba usaha senilai Rp173 miliar. Dibandingkan dengan semester pertama 2017, perolehan laba kotor turun 10,7 persen dan laba usaha turun 38,5 persen.

Perseroan tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp142 miliar. Jumlah perolehan tersebut turun sebesar Rp92 miliar atau 39,2 persen dibandingkan laba bersih semester pertama 2017 yang mencapai Rp234 miliar.

“Penurunan kinerja laba terutama karena adanya peningkatan biaya operasional dan beban bunga,” ungkap Archied lebih lanjut.

Mempertimbangkan hasil pencapaian ini, Perseroan tetap optimitik dapat mempertahankan kinerja pertumbuhan hingga akhir tahun. Dari sisi pendapatan usaha, beberapa proyek pengembangan mixed- use & high rise akan selesai tahun ini sehingga hasil penjualannya dapat dibukukan sebagai pendapatan usaha.

Beberapa pengembangan proyek baru yang akan selesai tahun ini antara lain Praxis Surabaya. Selain itu, perseroan juga terus menyelesaikan proses pembangunan unit-unit rumah di sejumlah kawasan perumahan, seperti Serenia Hills Jakarta, Talaga Bestari dan Magnolia Residence di Tangerang, serta Graha Natura di Surabaya.

Mengantisipasi kondisi pasar dan arah perkembangan sektoran, manajemen perseroan mempertahankan langkah strategis yang bersifat konservatif. Perseroan tetap akan terus menjaga dan mempertahankan kinerja usaha melalui strategi pertumbuhan secara organik maupun dengan menjalin kerjasama strategis dengan investor.

Perseroan optimis kondisi pasar properti nasional akan bergerak membaik ke depan. Perseroan akan terus mencermati arah dari perubahan pasar properti maupun iklan investasi. Perseroan berkeyakinan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap produk properti masih tinggi sehingga menjadi salah satu indikantor prospek industri properti di masa depan. ***

– Selesai –